Kronik

Mobil 1,3 M itu


Disela huruk-pikuk perbicangan tentang buku “Mengungkap Gurita Cikeas”, dan hampir menghiasi pemberitaan diseluruh media hari ini, ada satu hal lagi isu hangat dan menggelitik, yaitu dibagikannya “jatah” mobil (mewah) untuk pejabat negara. Pemberian jatah mobil tersebut, yang pembagiannya di atur oleh Sekreteriat Negara, dimana seluruh anggota KIB  II dan pimpinan DPR mendapatkannya. Konon Mobil Toyota Crown Rayal Saloon itu di banderol seharga 1,3 M. Kendatipun harga tersebut di bantah oleh Mensesneg Sudi Silalahi disini, tetapi mobil berdaya 3000 CC itu, tetap dikatagorikan mobil mewah.

Meskipun jatah itu dianggap wajar oleh sebagaian kalangan, demi menunjang kinerja para pejabat-pejabat itu, akan tetapi nampaknya sense of crisis, para pejabat itu layak di pertanyakan. Negeri ini masih berada pada kondisi yang sulit diberbagai bidang. Jumlah penduduk miskin, berdasar data BPS per Maret 2009 masih berjumlah 31,53 juta jiwa atau sekitar 14,15 persen dari total penduduk Indonesia. Menurut BPS orang yang dikatakan berada pada garis kemiskinan adalah jumlah jika pengeluaran sebesar Rp200.262 per orang setiap bulannya. Sedangkan posisi hutang Indonesai sampai dengan Januari 2009, berjumlah Rp. 1.667 trilyun data ada disini. Artinya setiap warga negara Indonesaia, menanggung beban 7 juta rupiah lebih.

Wahai para pejabat, jika mobil itu memang sarana bagi Anda untuk meningkatkan kinerja dalam rangka memperbaiki keadaan dan mengentaskan rakyat Indonesia dari jurang kemiskinan, silakan pakai seoptimal mungkin. Tetapi jika tidak –artinya tidak mampu menggunakan sarana itu sebagai bagian dari pensejahteraan rakyat-, maka siapapun Anda, dari Partai Apa, menduduki Jabatan Apapun Juga, Ingat….  suatau saat di hari akhir nanti, Anda akan mempertanggungjawabkan semuanya.

Advertisement
Kronik

(Bukan) Gurita Cikeas


Hari-hari kita di hebohkan oleh sebuah buku yang di karang George Junus Aditjondro, yang diterbitkan oleh penerbit Galangpress Yogyakarta, dengan judul “ Membongkar Gurita Cikeas”, yang rencananya akan diluncurkan pada 30 Desember 2009. Meski buku itu belum diterbitkan, ternyata reaksi publik cukup beragam mensikapi kehadiran buku itu. Tentu saja ada tejadi pro dan kontra. Dan biasanya, dalam berapa hari ini, beritanya akan menghiasi media cetak dan elektronik, kemudian hilang begitu saja. Saya tidak hendak mengajak untuk mengulas isi buku itu, akan tetapi saya pengin melihat sisi lain. Yaitu mengenal “Gurita”, dengan makna yang sesungguhnya. Sekaligus sebagai ingatan ketika belajar Biologi dibangku SMA dulu 

Dari Wikipedia saya peroleh bahwa Gurita adalah hewan moluska dari kelas Cephalopoda (kaki hewan terletak di kepala), ordo Octopoda dengan terumbu karang di samudra sebagai habitat utama. Gurita terdiri dari 289 spesies yang mencakup sepertiga dari total spesies kelas Cephalopoda. Gurita dalam bahasa Inggris disebut Octopus (Yunani: Ὀκτάπους, delapan kaki) yang sering hanya mengacu pada hewan dari genus Octopus.

Gurita memiliki 8 lengan (bukan tentakel) dengan alat penghisap berupa bulatan-bulatan cekung pada lengan yang digunakan untuk bergerak di dasar laut dan menangkap mangsa. Lengan gurita merupakan struktur hidrostat muskuler yang hampir seluruhnya terdiri dari lapisan otot tanpa tulang atau tulang rangka luar. Tidak seperti hewan Cephalopoda lainnya, sebagian besar gurita dari subordo Incirrata mempunyai tubuh yang terdiri dari otot dan tanpa tulang rangka dalam. Gurita tidak memiliki cangkang sebagai pelindung di bagian luar seperti halnya Nautilus dan tidak memiliki cangkang dalam atau tulang seperti sotong dan cumi-cumi. Paruh adalah bagian terkeras dari tubuh gurita yang digunakan sebagai rahang untuk membunuh mangsa dan menggigitnya menjadi bagian-bagian kecil.

Tubuh yang sangat fleksibel memungkinkan gurita untuk menyelipkan diri pada celah batuan yang sangat sempit di dasar laut, terutama sewaktu melarikan diri dari ikan pemangsa seperti belut laut Moray. Gurita yang kurang dikenal orang dari subordo Cirrata memiliki dua buah sirip dan cangkang dalam sehingga kemampuan untuk menyelip ke dalam ruangan sempit menjadi berkurang.

Gurita sangat cerdas dan kemungkinan merupakan hewan paling cerdas di antara semua hewan invertebrata. Kecerdasan gurita sering menjadi bahan perdebatan di kalangan ahli biologi. Hasil percobaan mencari jalan di dalam maze dan memecahkan masalah menunjukkan bahwa gurita mempunyai ingatan jangka pendek dan ingatan jangka panjang, walaupun masa hidup gurita yang singkat membuat pengetahuan yang bisa dipelajari gurita menjadi terbatas. Gurita mempunyai sistem saraf yang sangat kompleks dengan sebagian saja yang terlokalisir di bagian otak. Dua pertiga dari sel saraf terdapat pada tali saraf yang ada di kedelapan lengan gurita. Lengan gurita bisa melakukan berbagai jenis gerakan refleks yang rumit, dipicu oleh 3 tahapan sistem saraf yang berbeda-beda. Beberapa jenis gurita seperti gurita mimic bisa menggerakkan lengan-lengannya untuk meniru gerakan hewan laut yang lain.

Banyak orang menganggap gurita adalah satwa laut yang tidak berbahaya, tapi faktanya amat bertentangan dengan anggapan itu. Sebuah studi yang baru dilakukan oleh sejumlah ilmuwan Australia menunjukkan bahwa semua gurita ternyata berbisa. Para ilmuwan telah mengetahui bahwa gurita cincin biru memiliki bisa beracun. Kini mereka mengatakan semua gurita dan sotong, bahkan beberapa cumi-cumi, memiliki racun berbisa. Pada dasarnya, semua binatang itu memiliki nenek moyang purba berbisa yang sama. Dalam studi yang dipublikasikan dalam Journal of Molecular Evolution , para ilmuwan mengindikasikan bahwa informasi itu akan membuka jalan baru menuju penemuan obat baru.

Itulah sedikit pengetahuan tentang gurita, ternyata dibalik kelembutannyta menyimpan banyak rahasia, berupa kecerdasan dan bisa/racun. Dari penjelasan itu, maka wajar saja ketika Gurita di pakai sebagai analogi dalam dunia bisnis yang berkelidan dengan politik menyebabkan gerah, bagi yang terlibat disitu. Atau jangan-jangan mereka tersinggung bahwa yang terjadi sekarang sesungguhnya masih belum sebesar gurita, tetapi masih cumi-cumi. Bisa juga sebaliknya, mereka tersinggung karena gurita, yang terungkap disitu terlalu kecil dibanding kenyataannya. Wallahu’a’lam.